Transmisi synchronous dan asynchronous berhubungan dengan
transmisi data serial. Pada transmisi serial sangat dipengaruhi oleh
mekanisme detak/clock. Sebagai contoh, bila data ditransmisikan pada 1
Mbps, maka satu bit akan ditransmisikan setiap 1 μs. Biasanya, receiver
akan memeriksa data pada tengah-tengah waktu penerimaan bit. Pada
contoh tersebut, pemeriksaan akan terjadi setiap 1 μs. Bila receiver
memeriksa waktu bit berdasarkan atas detaknya sendiri, maka akan muncul
masalah bila detak receiver dan transmitter berlainan. Sehingga sinkronisasi
detak antara transmitter dan receiver sangatlah penting pada transmisi
serial.
Terdapat dua pendekatan yang paling umum digunakan untuk
mencapai sinkronisasi yang diharapkan. Pertama, disebut transmisi
asynchronous. Skema ini memanfaatkan cara dengan mengirimkan deretan
bit yang panjang dan tidak putus-putus. Jadi, data yang ditransmisikan
adalah satu karakter sekaligus, dengan panjang karakter mencapai lima
sampai dengan delapan bit. Sinkronisasi dipertahankan dalam setiap
pengiriman karakter; receiver memiliki peluang untuk melakukan
sinkronisasi pada permulaan setiap karakter baru.
Bila tidak ada karakter yang ditransmisikan, jalur antara transmitter
dan receiver berada dalam keadaan idle. Permulaan karakter ditandai dengan
satu start bit dengan nilai biner 0. kemudian diikuti oleh 5 sampai dengan 8
bit sebagai karakter/data. Biasanya, bit-bit data diikuti oleh bit paritas.
Jumlah total bit setiap karakter, termasuk bit paritas, bisa genap (paritas
genap) atau ganjil (paritas ganjil). Elemen terakhir disebut stop bit, yang
berupa biner 1. Panjang minimum stop bit mempunyai ketentuan sendiri.
Elemen terakhir menunjukkan status idle. Oleh karena itu, transmitter tidak
akan mengirimkan stop bit sampai siap mengirimkan karakter berikutnya.
Perhatikan contoh berikut! Bila diasumsikan data rate adalah sebesar
10 kbps, maka masing masing bit besarnya 0,1 ms atau 100 μs. Dianggap
receiver mempunyai error kecepatan sebesar 6% atau 6 μs per waktu bit.
Sehingga receiver akan membaca kedatangan karakter setiap 94 μs.
Kemungkinan kesalahan yang dapat muncul ada dua jenis. Pertama,
bit yang terakhir tidak diterima dengan benar. Kedua, perhitungan bit diluar
dari yang ditentukan. Bila bit-7 dibaca sebagai bit-8, maka bit selanjutnya
akan salah dibaca sebagai awal bit. Kondisi ini disebut dengan framing error.
Framing error kadang terjadi bila adanya derau memunculkan bit awal yang
salah sepanjang status idle.
transmisi data serial. Pada transmisi serial sangat dipengaruhi oleh
mekanisme detak/clock. Sebagai contoh, bila data ditransmisikan pada 1
Mbps, maka satu bit akan ditransmisikan setiap 1 μs. Biasanya, receiver
akan memeriksa data pada tengah-tengah waktu penerimaan bit. Pada
contoh tersebut, pemeriksaan akan terjadi setiap 1 μs. Bila receiver
memeriksa waktu bit berdasarkan atas detaknya sendiri, maka akan muncul
masalah bila detak receiver dan transmitter berlainan. Sehingga sinkronisasi
detak antara transmitter dan receiver sangatlah penting pada transmisi
serial.
Terdapat dua pendekatan yang paling umum digunakan untuk
mencapai sinkronisasi yang diharapkan. Pertama, disebut transmisi
asynchronous. Skema ini memanfaatkan cara dengan mengirimkan deretan
bit yang panjang dan tidak putus-putus. Jadi, data yang ditransmisikan
adalah satu karakter sekaligus, dengan panjang karakter mencapai lima
sampai dengan delapan bit. Sinkronisasi dipertahankan dalam setiap
pengiriman karakter; receiver memiliki peluang untuk melakukan
sinkronisasi pada permulaan setiap karakter baru.
Bila tidak ada karakter yang ditransmisikan, jalur antara transmitter
dan receiver berada dalam keadaan idle. Permulaan karakter ditandai dengan
satu start bit dengan nilai biner 0. kemudian diikuti oleh 5 sampai dengan 8
bit sebagai karakter/data. Biasanya, bit-bit data diikuti oleh bit paritas.
Jumlah total bit setiap karakter, termasuk bit paritas, bisa genap (paritas
genap) atau ganjil (paritas ganjil). Elemen terakhir disebut stop bit, yang
berupa biner 1. Panjang minimum stop bit mempunyai ketentuan sendiri.
Elemen terakhir menunjukkan status idle. Oleh karena itu, transmitter tidak
akan mengirimkan stop bit sampai siap mengirimkan karakter berikutnya.
Perhatikan contoh berikut! Bila diasumsikan data rate adalah sebesar
10 kbps, maka masing masing bit besarnya 0,1 ms atau 100 μs. Dianggap
receiver mempunyai error kecepatan sebesar 6% atau 6 μs per waktu bit.
Sehingga receiver akan membaca kedatangan karakter setiap 94 μs.
Kemungkinan kesalahan yang dapat muncul ada dua jenis. Pertama,
bit yang terakhir tidak diterima dengan benar. Kedua, perhitungan bit diluar
dari yang ditentukan. Bila bit-7 dibaca sebagai bit-8, maka bit selanjutnya
akan salah dibaca sebagai awal bit. Kondisi ini disebut dengan framing error.
Framing error kadang terjadi bila adanya derau memunculkan bit awal yang
salah sepanjang status idle.
Pada transmisi synchronous, suatu blok bit ditransmisikan dalam suatu
deretan tanpa kode start dan stop. Untuk mencegah ketidaksesuaian waktu
antara transmitter dan receiver, maka detaknya, dengan cara apapun, harus
dibuat sinkron. Salah satu kemungkinannya adalah menyediakan sebuah
jalur detak/clock tersendiri antara receiver dan transmitter. Salah satu sisi
(transmitter maupun receiver) mengeluarkan pulsa pendek. Sisi yang lain
menggunakan pulsa tersebut sebagai detak. Namun, untuk jarak yang agak
jauh, pulsa detak akan mengalami banyak gangguan. Alternatif lainnya
adalah dengan menyimpan informasi pewaktuan pada sinyal data.
Pada model transmisi synchronous, receiver menentukan awal blok
dengan pola bit preamble dan akhir blok dengan pola bit postamble. Data
ditambah dengan preamble, postamble dan informasi kontrol disebut frame.
Bentuk frame dalam transmisi synchronous yang diawali dengan preamble
disebut dengan flag. Flag yang sama dipergunakan juga pada postamble.
Flag diikuti dengan beberapa bit kontrol, kemudian bit data. Panjang bit
bergantung kepada protocol yang digunakan. Setelah bit data, diikuti oleh bit
kontrol lagi dan postamble.
deretan tanpa kode start dan stop. Untuk mencegah ketidaksesuaian waktu
antara transmitter dan receiver, maka detaknya, dengan cara apapun, harus
dibuat sinkron. Salah satu kemungkinannya adalah menyediakan sebuah
jalur detak/clock tersendiri antara receiver dan transmitter. Salah satu sisi
(transmitter maupun receiver) mengeluarkan pulsa pendek. Sisi yang lain
menggunakan pulsa tersebut sebagai detak. Namun, untuk jarak yang agak
jauh, pulsa detak akan mengalami banyak gangguan. Alternatif lainnya
adalah dengan menyimpan informasi pewaktuan pada sinyal data.
Pada model transmisi synchronous, receiver menentukan awal blok
dengan pola bit preamble dan akhir blok dengan pola bit postamble. Data
ditambah dengan preamble, postamble dan informasi kontrol disebut frame.
Bentuk frame dalam transmisi synchronous yang diawali dengan preamble
disebut dengan flag. Flag yang sama dipergunakan juga pada postamble.
Flag diikuti dengan beberapa bit kontrol, kemudian bit data. Panjang bit
bergantung kepada protocol yang digunakan. Setelah bit data, diikuti oleh bit
kontrol lagi dan postamble.
Kesimpulan:
Pengertian Assynchronous:
Pengertian Synchronous:
Data dikirim dalam blok, dengan start dan stop bit pola (selaras bytes) pada awal dan akhir blok
Tidak ada komentar:
Posting Komentar